BREAKING NEWS :
Loading...

Dua Anaknya Lumpuh, Menganggapnya Hadiah

  Unknown      
Ilustasi

Kebahagiaan melingkupi pasangan Koeshartati Saptorini dan Tasik Ilmas menyambut kelahiran putra keduanya. Rasa bahagia terus membayangi pasangan suami istri ini hingga sembilan bulan kemudian. Pada titik ini, rasa bahagia itu berubah menjadi duka berkepanjangan. Tepatnya mulai  Mei 1998.
Bermula dari Rini, panggilan Koeshartai, membawa bayinya ke rumah sakit  untuk melakukan imunisasi vaksin hepatitis. Sehat tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Anaknya nangis terus. Lebih parah lagi, dua hari kemudian koma! Allhamdulillah, bisa segera siuman kembali.
Tapi efeknya,  kondisi pertumbuhan Cahya, nama anak itu, tidak normal seperti balita pada umumnya.  Umur dua tahun Cahya belum bisa mengangkat kepala, lehernya lemas, juga kaki dan tangannya kaku. Umur empat tahun baru mulai diajarkan berdiri, “Bukan belajar berdiri ya, tapi dibuat supaya bisa berdiri,” kata Rini.

Cobaan dari Allah yang diberikan kepada ibu berusia 42 tahun ini tidak berhenti sampai di situ. Anak ketiganya, yang ia beri nama Nelta, juga mengidap kelainan. “Nelta mengalami gangguan pencernaan dan  alergi obat,” ujar Rini. Akibatnya, dari usia satu bulan sampai umur empat tahun Nelta harus keluar masuk rumah.
Lantaran sering menemani kedua anaknya sakit, perempuan yang berprofesi sebagai guru ini telah menganggap rumah sakit sebagai kamar kosnya. Sebab, dalam setahun Nelta bisa keluar-masuk rumah sakit hingga tujuh kali.
Menghadapi ujian yang bertubi-tubi tersebut, Rini mengaku sempat tidak kuat.  Wanita yang menikah pada Juli 1995 ini, pernah membuat aksi protes kepada Allah. Ia  sempat mogok shalat karena menganggap percuma saja melaksanakan ibadah wajib tersebut.
Tak puas protes sendiri, sarjana lulusan ITB yang banyak menulis buku matematika dan sains untuk SD dan SMP ini pun mengajak suaminya untuk “menggugat” Allah. Ketika sang suami akan shalat, dia  melarangnya. “Sudah tidak perlu shalat. Lagian Allah pun tidak memberikan pertolongan pada kita,” ujar Rini menirukan perkataannya kepada suaminya saat itu.
Kemarahan Rini kepada Allah berlangsung cukup lama. Dua tahun “Kalau ingat itu saya selalu istighfar,” ucap Rini seraya bersedih. Bagaimana titip balik Rini? Bagaimana pula nasib Cahya dan Nelta? Ikuti sambungan berikutnya.

Sumber : hidayatullah.com
logoblog

Thanks for reading Dua Anaknya Lumpuh, Menganggapnya Hadiah

Previous
« Prev Post